Kamis, 14 November 2019

Coba-coba

     Pada awalnya aku tidak suka dengan kepala ayam, setiap orang rumah memasak ayam, yang selalu menjadi incaranku adalah paha ayam. Ya pasti banyak kan yang suka paha ayam, apa lagi anak kecil, rasanya air liur itu menetes setiap melihat paha ayam. Dan tangan rasanya gatel buat cepet-cepet ngambil tu paha. Tapi terkadang aku harus merelakan paha ayam tidak masuk ke dalam perutku yang kecil ini. Karena setiap ada tu paha, tak jarang ada sodara yang lebih menginginkannya. Sebut saja adik dan sepupuku. Mereka pasti menginginkan daging yang gendut itu. 

     Ketika aku tinggal di asrama juga aku bukan termasuk orang yang beruntung mendapatkan paha ayam. Ya namanya juga hidup di asrama, siapa cepat dia dapat. Dan aku biasanya dapat bagian lebihannya. Dan lucunya, setiap aku mengambil bagianku untuk di makan, aku selalu dapat bagian brutu (pantat) ayam. Awalnya aku hanya asal ambil, karena pasti nyari yang banyak dagingnya y kan. Eh ada temen ku yang bilang kalau itu ternyata pantat ayam, aku kaget dong. Ternyata selama ini aku selalu makan banyak daging karena aku g tahu bagian-bagian daging ayam. HA HA.

     Sekarang setiap cuci ayam, selalu keinget cerita masa-masa di asrama. Tapi waktu aku masih kecil, setiap lebaran tiba, mbah kakung dan mbah putri selalu memotong ayam disesuaikan dengan jumlah cucu-cucunya, sehingga setiap cucunya mendapat bagian paha ayam. Sebenarnya aku tidak terlalu ingat dengan kisah ini, tapi keluargaku pernah bercerita seperti itu. 

     Untuk saat ini, makan ayam itu rasanya bosen. Karena ketika adik laki-lakiku sedang masa-masanya mogok makan, makanan yang dihidangkan itu selalu ayam, sosis, tahu dan tempe. Hampir setiap minggu makan ayam. Sampe bosen rasanya. Di tambah lagi aku g suka daging ayam yang susah di kunyah, bikin males makan. Alhasil sekarang kalau makan ayam, lihat-lihat dulu tu daging empuk apa engak.

     Wah padahal mau cerita kepala ayam malah jadi cerita paha ayam ya. Aku suka kepala ayam sejak kulaih. Waktu itu aku sering liat temenku makan kepala ayam di angkringan. Saking sering liat akhirnya rasa penasaranku muncul. Dan coba-cobalah makan kepala ayam dan ternyata lumayan, HA HA. 

    Waktu SMA juga aku punya temen yang suka banget makan kepala LELE sampe habis. Dan akhirnya karena sering liat aku coba juga. 

     Selain kepala ayam, aku juga g suka pete dan jengkol. Tapi lagi-lagi karena saking seringnya liat orang makan pete jadi penasaran. Sebenarnya waktu kecil aku suka pete yang di rebus dan g suka pete yang mentah karena menurutku rasanya pahit. Tapi setelah tumbuh besar, aku cobalah tu pete mentah, tidak sepahit yang dibayangkan. Menjadi ketagihan karena aku suka suara ketika makan pete, bunyinya kraos kraos. Seperti makan es batu. 

     Sekarang aku jadi suka jengkol gara-gara bibiku yang jago masak, lagi suka masak jengkol. Dan dari rasa penasaran akhirnya berubah menjadi ketagihan, HA HA. Kalau kata orang pete dan jengkol itu bau jadi banyak yang suka. Tapi bagiku, sensasi ketika makan pete dan jengkol yang bikin ketagihan. Karena tekstur dagingnya yang unik.

"Jangan membenci sesuatu jika belum mengenalnya"  

"Apa yang kamu benci, akan menjadi apa yang kau suka"

"Coba dulu. Jangan langsung menolak. Tidak ada salahnya mencoba terlebih dahulu"


 

Tidak ada komentar: