Jumat, 15 November 2019

PNS BUKAN KERJAANKU

     Sekarang umurku sudah menginjak angka 27. Tiga bulan lagi berubah menjadi 28. Semoga masih di beri kesempatan buat ngumpulin pundi-pundi pahala. Di umur yang sudah tua ini aku memang hanya memiliki satu pekerjaan yang mungkin untuk beberapa orang tidak bisa untuk jaminan masa tuanya enak. Ya aku hanya mengajar anak-anak usia 3-6 tahun selama 4 jam sehari. Dan gaji yang aku dapetin tidak sebanyak mereka yang memiliki status PNS (Pegawai Negeri Sipil).

     Setiap tahun pasti selalu ada penerimaan calon pegawai negeri. Dan setiap tahun juga selalu banyak yang memberi informasi tentang CPNS, entah itu dari ibu, sodara, bahkan teman yang perhatian denganku juga ikut memberi informasi tersebut. Bukannya tidak suka di perhatikan sama mereka. Tapi terkadang ada rasa sebel setiap mereka berbagi "kebaikan". Aku g terlalu tertarik menjadi pegawai negeri. Mungkin karena aku g terlalu suka dengan jurusan yang aku ambil saat kuliah jadi merasa g mau kerja sesuai dengan jurusan yang aku ambil.

     Terkadang aku bertanya-tanya. Kenapa harus menjadi pegawai negeri? Apa karena di jamin masa tuanya? Atau karena keren aja menjadi PNS? Ayah dan kakek memang PNS, dan ketika mereka wafat, nenek dan ibu memang kecipratan hasilnya.

     Memang benar si masa tua terjamin, walaupun sudah tidak bekerja, pemerintah masih ngasih uang jajan. Tapi kalau aku g mau jadi PNS, kenapa masih di tawarin si? Emangnya kita tahu kapan nyawa ini di ambil? Kalau g sampai nyicipin tua gimana? Emangnya kita g punya keyakinan kalau YANG MEMBERI REZEKI ITU ALLAH?. Terus kenapa harus takut masa tua kita g ada yang ngisiin dompet kita.

     Biarkan setiap kita memilih jalannya masing-masing. Setiap orang memiliki rejekinya masing-masing. Setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda-beda. Punya visi dan misi yang tidak sama antara aku, kamu dan mereka. Mungkin hanya beberapa yang sama.

     Biarkan aku memilih jalanku sendiri. Biarkan aku mencari cara mengisi dompetku dengan caraku sendiri. Biarkan aku menabung untung biaya rumah sakit, untuk biaya pendidikan dan biaya lain-lainnya dengan caraku sendiri. Mungkin uang yang aku dapatkan jauh dengan uang yang kalian dapatkan. Tapi uang kita sama-sama HALAL, itu yang utama.

     Jika anda menjadi PNS karena takut masa tua tidak ada pemasukan uang. Maka anda sudah tidak percaya dengan Allah. Allah-lah Sang Pemberi Rizki. Banyak cara untuk Allah mengisi perut dan dompetmu. Jika anda menjadi PNS karena "gelar"-nya. Maka anda dan saya memang berbeda. 😎


Kamis, 14 November 2019

Coba-coba

     Pada awalnya aku tidak suka dengan kepala ayam, setiap orang rumah memasak ayam, yang selalu menjadi incaranku adalah paha ayam. Ya pasti banyak kan yang suka paha ayam, apa lagi anak kecil, rasanya air liur itu menetes setiap melihat paha ayam. Dan tangan rasanya gatel buat cepet-cepet ngambil tu paha. Tapi terkadang aku harus merelakan paha ayam tidak masuk ke dalam perutku yang kecil ini. Karena setiap ada tu paha, tak jarang ada sodara yang lebih menginginkannya. Sebut saja adik dan sepupuku. Mereka pasti menginginkan daging yang gendut itu. 

     Ketika aku tinggal di asrama juga aku bukan termasuk orang yang beruntung mendapatkan paha ayam. Ya namanya juga hidup di asrama, siapa cepat dia dapat. Dan aku biasanya dapat bagian lebihannya. Dan lucunya, setiap aku mengambil bagianku untuk di makan, aku selalu dapat bagian brutu (pantat) ayam. Awalnya aku hanya asal ambil, karena pasti nyari yang banyak dagingnya y kan. Eh ada temen ku yang bilang kalau itu ternyata pantat ayam, aku kaget dong. Ternyata selama ini aku selalu makan banyak daging karena aku g tahu bagian-bagian daging ayam. HA HA.

     Sekarang setiap cuci ayam, selalu keinget cerita masa-masa di asrama. Tapi waktu aku masih kecil, setiap lebaran tiba, mbah kakung dan mbah putri selalu memotong ayam disesuaikan dengan jumlah cucu-cucunya, sehingga setiap cucunya mendapat bagian paha ayam. Sebenarnya aku tidak terlalu ingat dengan kisah ini, tapi keluargaku pernah bercerita seperti itu. 

     Untuk saat ini, makan ayam itu rasanya bosen. Karena ketika adik laki-lakiku sedang masa-masanya mogok makan, makanan yang dihidangkan itu selalu ayam, sosis, tahu dan tempe. Hampir setiap minggu makan ayam. Sampe bosen rasanya. Di tambah lagi aku g suka daging ayam yang susah di kunyah, bikin males makan. Alhasil sekarang kalau makan ayam, lihat-lihat dulu tu daging empuk apa engak.

Rabu, 13 November 2019

HIJRAH Perjalanan Menemukan Cahaya Illahi

file pribadi
Judul       : HIJRAH Perjalanan Menemukan Cahaya Illahi
Penulis    : Ir. Chandra Soensoekarno
Penerbit   : Syalmahat Publishing
Halaman  : 274 halaman
Cetakan    : Pertama, 2017


Buat kamu yang suka baca kisah nyata, kamu perlu baca buku ini. Apalagi buat kamu yang lagi dalam proses HIJRAH. Kamu yang sedang mencari Cahaya Illahi. Kamu yang mau tahu lebih dalam tentang kasih sayang Allah. Cerita dalam buku ini disampaikan dengan sangat ringan, seperti kita sedang membaca 2 insan yang sedang saling berdiskusi jadi g akan bosen sampai halaman terakhir. 
Buku ini menceritakan seseorang yang dulu jauh dari Allah dan kemudian menjadi jatuh cinta dengan Allah dengan cara yang tidak di duga. Banyak nasehat yang terkandung di dalam cerita yang disampaikan dengan ringan. Salah satu pesan yang paling aku suka adalah  

Jumat, 05 April 2019

Diary Ibu Bahagia

Judul    : Diary Ibu Bahagia
Penulis : Rena Puspa,dkk
                Komunitas Ibu                       Bahagia
Cetakan : Pertama, 2018
Penerbit : Ihsan Media
Halaman : 260

 Buku ini bercerita tentang kehidupan seorang ibu. Ditulis oleh 26 ibu (penulis) berdasarkan pengalaman pribadi masing-masing. Buku ini menceritakan kisah menjadi seorang ibu yang bahagia setelah ditinggal oleh suami, dan seorang ibu yang bahagia saat mendapat waktu me time di sela-sela mengurus rumah. Bahkan kisah seorang ibu yang tetap bersyukur ketika putranya berbeda dengan anak lainnya.

Membaca buku ini kita akan melihat dari 26 kisah yang berbeda. Kita bisa mengambil banyak pelajaran. Kita harus tahu, bahwa pelajaran kehidupan itu bukan diambil dari kehidupan pribadi kita sendiri, tapi juga kehidupan orang lain. Kita akan lebih bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini karena masih banyak orang yang memiliki masalah yang lebih berat dari kita.


Selasa, 02 April 2019

Taman Reptil Purbalingga (Sanggaluri Park)










Aku di sini dan Kau di sana

Ini adalah kue yang aku terima dari salah satu orang tua murid karena putrinya ulang tahun. Ketika aku memakan kue ini aku tersadar bahwa aku memakan kue yang cantik ini di hari lahir kamu. Aku menghabiskan kue itu sambil pikiranku melayang bersamamu. Membayangkan kita bisa memakan kue ini bersama. Membayangkan kita bisa bersanding bersama di hari lahirmu. Tapi apa daya, jarak antara kita hanya bisa saling mendoakan dari balik pintu kamarku.

Ketika aku berfikir tentang aku dan kamu yang tak bisa bersanding di hari lahirmu tahun ini. Aku teringat akan tahun lalu, ketika aku masih di Jakarta. Saat itu di hari lahirmu aku juga baru sempat mengucapkan kepadamu di saat pagi datang (kalau aku tak salah ingat). Tapi yang pasti aku ingat ketika hari lahirmu adalah aku sedang melihat indahnya Ancol bersama teman-teman kerjaku. 


Walau jarak memisahkan kita, bukan berarti kita tak bisa saling memberi kabar, bukan berarti aku dan kamu tidak saling mengetahui kegiatan masing-masing. Karena selama aku mengenal kamu dari tahun 2009, aku dan kamu masih saling berkomunikasi dengan baik walau laut memisahkan antara pulau Jawa dan Kalimantan. Walau beberapa kali kita sempat lost kontak karena ada beberapa hal, pada akhirnya kita masing saling berkirim pesan karena kita tahu bahwa salah satu dari kita sedang menunggu kabar tentang kita.